Bulan Ramadhan
sebentar lagi, bulu kuduk rasanya meremang, mata sembab dan ada rasa haru yang
menggebu, itulah yang sebagian orang rasakan, perasaan yang hanya tumbuh bagi
jiwa-jiwa tertentu, bukan jiwa-jiwa yang hanya selambe tak ada rasa mau
Romadhon atau tidak bagi mereka sama saja, maka termasuk orang yang manakah
kita?
Katanya bila
Ramadhan tiba, syaitan dibelenggu, supaya manusia bebas dengan nikmat
mengekspresikan cintanya kepada Allah Swt, tapi rupanya, 11 bulan sebelumnya,
samar-samar kita sadari bersama bahwa syaitan dari jenis Jin itu, telah melatih
jin dalam wujud manusia untuk mengganggu hari-hari sacral kita di bulan
Ramadhan, saya khawatir sekali dengan kerapuhan iman para bujangan seperti
saya, para pemuda seperti teman-teman saya, khawatir mata mereka tak sengaja
melihat aurat para pesolek, makannya dalam sebuah diskusi dengan kawan-kawan
aktivis Remaja Masjid timbullah ide tentang peraturan berbusana yang sopan, kami
berandai-andai “ kalaulah kota melayu ini, benar-benar jantan! Mestilah gagasan
ini diperjuangkan,” kemanakah agaknya marwah melayu yang menjunjung tinggi
tunjuk dan ajarnya, titah dan petuah luhurnya.. tentang bertindak dan bertutur
bahasa,?”
Hanya tulisan lepas tentang membaca
derita lingkungan, derita pemuda saat ini, yang hampir setiap kali ia keluar
rumah tak lepas dari tak sengaja memandang aurat sebagian wanita yang tak
bertanggung jawab, (mohon maaf) bahkan paha wanita-wanita itu terdedah nyata
dengan gratis, kalaulah kita bandingkan dengan paha ayam, bahkan lebih
mahal satu potong paha ayam goreng,
dibanding paha mereka.
Tak peduli beragama apapun ia, pasti
mengajarkan bagaimana cara berbusana yang sopan, tak kira bersuku apapun ia,
maka sebagian besar suku-suku itu punya tunjuk dan ajar tentang adab berbusana.
Ide tentang kesopanan berbusana ini
juga bentuk dari kerisauan kami sebagai kaum muda akan nasib moral penerus
bangsa, jelas sekali, cara berpakaian memiliki pengaruh besar dalam membentuk
pribadi seseorang, cara berbusana itu sebenarnya dilatarbelakangi oleh apa yang
kita lihat, apa yang kita baca, sehingga sangat kecil kemungkinan seorang
wanita yang paham betul bagaimana menjaga propertinya, dengan leluasa
mendedahkan perhiasan tubuhnya untuk khalayak umum, begitu juga sebaliknya,
sangat besar kemungkinan orang yang tidak yakin dengan kebenaran berbusana yang
ia dapat dari agamanya, untuk menggunakan pakaian yang kurang bahan…
“Memang bukan perkara mudah kawan”
kira-kira begitulah tatkala ide ini terdengar oleh sebagian orang tua kami,
tapi setidaknya berilah kami motivasi untuk membenahi moral negeri dimulai dari
kota Gurindam ini, agar leluhur kita tenang, bahwa apa yang dia tuliskan dalam
12 pasal gurindam itu terejewantahkan,
bukan sekedar hiasan di etalase zaman.
Mengagas perda kesopanan berbusana,
perlu kita rumuskan bersama, butuh kita perjuangkan, ide ini ide kita bersama,
lahir dari niat tulus dan doa yang setiap saat menadah menanti uluran rahmat
Allah untuk negeri ini, terbit dari
harapan-harapan yang berpilin menuju baldatun toyyibatun warabun ghofur.
Mengagas perda kesopanan berbusana,
menyebutkannya maka terbayangkanlah betapa kusut birokrasi yang akan kita
uraikan, ada dana yang tak murah, ada kepentingan bak debu yang singgah, dan
ada beribu celoteh tapi yang seakan tak bertepi,
saudaraku…
mari jujur dengan hati nurani kita,
bantu aminkan niat dan harapan ini, semakin banyak tangan yang menadah untuk
bait-bait doa ini, maka semakin besar pula harapan akan terwujudnya niat kita,
amin. Salam Spirit Ramadhan!
0 comments:
Post a Comment